Posted by : Emank Legends
Rabu, 10 April 2013
Sesulit itulah menentukan siapa yang bertanggung jawab atas
keterpurukan atau kesuksesan suatu klub sepakbola. Pelatih OK &
disupport Direktur Teknik yang OK, atau sebaliknya Direktur Teknik
menyusun program & baru kemudian menunjuk Head-Coach sebagai
representasi program. Entahlah..
Direktur Teknik (DT) memiliki tanggung jawab & job-desk
yang cukup berat demi kelangsungan & prestasi tim. Sementara
penonton, ya mungkin hanya bisa menilai taktik pelatih yang mereka
saksikan di stadion atau mereka tonton di TV. Kebetulan, saya
menemukan sebuah deskripsi pekerjaan DT (Direktur Sepakbola) di sebuah
klub yang sedang membuka lowongan, secara garis besar tugas DT sbb:
“The Technical Director is responsible for
developing, implementing and nurturing player and coach development
through sound program design and development. In assuming a technical
leadership role, the Technical Director provides mentorship to coaches
in all programs and fosters good sportsmanship in a safe and fun
environment. The Technical Director demonstrates customer service
excellence and team Values in all interactions with others.”
Tidak ada definisi tugas direktur sepakbola
yang lugas & spesifik, sungguh sebuah tanggung jawab yang besar
profesi ini. Direktur sepakbola mengurusi transfer, mencari pemain baru,
menata anggaran, mengawasi akademi pembinaan pemain muda, termasuk
terlibat pemilihan manajer atau pelatih.
Direktur sepakbola, dikenal lebih dekat dengan pemilik dibandingkan para pelatih atau manajer. Saya coba meng-scroll form lowongan pekerjaan Direktur Sepakbola tadi, dan saya menemukan ini:
Direktur sepakbola, dikenal lebih dekat dengan pemilik dibandingkan para pelatih atau manajer. Saya coba meng-scroll form lowongan pekerjaan Direktur Sepakbola tadi, dan saya menemukan ini:
- Attend Board meetings as requested
- Provide technical support and recommendation to the Board as requested
- Provide a written report to the Board monthly
- Attend all subcommittee meetings for the Program Committee as requested
- Provide proposals and recommendations to the Program Committee
Sedikit bercerita, di italia & spanyol jabatan direktur sepakbola begitu familiar, lain hal dengan klub premier league. Karena saya kebetulan pemerhati Toon-Army & teman saya penyuka West Ham, ternyata ada sebuah kejadian (hampir) mirip saat kami bertukar cerita. Keevin Keegan (Newcastle United) dan Alan Curbishley (West Ham) adalah sebagian English-man yang memilih mundur daripada menerima kehadiran seorang direktur olahraga di klubnya.
West Ham United, direktur sepakbolanya adalah
Gianluca Nani. Direktur Teknik yang pada praktiknya ia menjadi direktur
sepakbola. Nani ini yang menjual sejumlah pemain andalan Curbishley.
Sedang di Newcastle (ketika itu), direktur olahraga Dennis Wise, bekas pelatih Leeds United.
Kehadiran direktur sepakbola tidak terlalu
disukai para pelatih asli Inggris yang tidak terbiasa. Tapi hal ini
sedikit menguntungkan para pelatih asing karena mereka memang terbiasa
dengan kehadiran direktur sepakbola. Tidak
heran, nama yang disebut calon pelatih pengganti Keegan dan Curbishley
bukan dua orang Inggris tapi Gus Poyet dan Gianfranco Zola ketika itu.
Perseteruan Keagan-Wise mungkin paling ekstrim, walaupun akhirnya Wise dilengserkan setelah Newcastle merekrut Alan Shearer sebagai
Manager Ad Interim. Namun Keegan berhasil membuktikan keputusanya
mundur, dimana Wise terbukti bersalah dipengadilan merekrut pemain (Xisco & Ignacio Gonzalez) hanya demi memberi keuntungan pada dirinya & agen. Juga memperoleh gaji ‘buta’ £20,000 per minggu yang membuat para investor enggan membeli Newcastle.
Era “DT vs Pelatih” semakin panas
ketika Benitez datang ke EPL, salah satu pelatih kaliber Eropa yang
datang ke Liverpool. Rafa Benitez mengendalikan seluruh urusan
persepakbolaan di Liverpool dan tidak berada di bawah kendali seorang
direktur sepakbola, seperti di Valencia.
Lain Liverpool, lain Manchester City. Roberto Mancini sebagai pelatih ketika itu sudah ditemani direktur Brian Marwood & Ferran Soriano, namun MCFC seolah tidak puas dengan mendatangkan Txiki Begiristain, seorang mantan DT Barcelona. Telur dulu atau Ayam dulu? Liverpool-Newcastle mendatangkan Manager lalu menghapus DT. MCFC mendatangkan pelatih dahulu, mendatangkan (menambah) direktur sepakbola kemudian.
Lain Liverpool, lain Manchester City. Roberto Mancini sebagai pelatih ketika itu sudah ditemani direktur Brian Marwood & Ferran Soriano, namun MCFC seolah tidak puas dengan mendatangkan Txiki Begiristain, seorang mantan DT Barcelona. Telur dulu atau Ayam dulu? Liverpool-Newcastle mendatangkan Manager lalu menghapus DT. MCFC mendatangkan pelatih dahulu, mendatangkan (menambah) direktur sepakbola kemudian.
Txiki Begiristain, “Saya sangat menantikan untuk bekerja dengan Brian Marwood, Roberto Mancini dan Ferran Soriano dalam melanjutkan & membangun sebuah tim sepak bola berfilosofi yang akan melayani Manchester City dengan baik dalam waktu jangka pendek dan jangka panjang.”
Cerita lain…
Roberto Baggio memutuskan mundur dari jabatan
direktur teknik di Federasi Sepakbola Italia (FIGC) belum lama ini.
Baggio mendapat tugas merestorasi sepakbola Italia menyusul
kegagalan Azzurri di Piala Dunia 2010. Akan tetapi, mantan bintang
Juventus dan Internazionale menyatakan FIGC terus menunjukkan sikap
apatis terhadap proposalnya selama satu tahun terakhir
“Saya tidak peduli tentang menjaga kursi kekuasaan. Saya mencoba untuk melakukan peran yang telah diberikan kepada saya, untuk memperbaharui dasar pelatihan sepakbola dari anak-anak hingga remaja agar bisa tumbuh menjadi pemain bagus,” papar Baggio (Tribalfootball).So, that’s BOLD’s thing, what Technical Director are for…
INTERNAZIONALE & DIREKTUR TEKNIK–SPORTING….

Tahun 1999 Inter mengucapkan selamat datang (kembali) Gabriele Oriali,
mantan pemain Inter (1971-1983) sebagai Direktur Teknik. 7 Juni 2003
Gabriele Oriali digantikan Marco Branca (Inter 1995-1998) sebagai
Direktur Teknik, Oriali kemudian menjabat Transfer-Consultant yang
posisinya diluar struktur klub Internazionale. 29 Oktober 2010 Oriali
benar-benar ‘terusir’ dimana Inter-Oriali memutuskan mengakhiri kontrak
atas kesepakatan bersama. Hal ini pun dimungkinkan karena Inter baru
saja mengangkat Piero Ausilio dari youth-management ke Sporting-Director
menemani DT. Apapun alasan dibalik berakhirnya kerjasama Inter-Oriali
tidaklah penting.
Hal yang telah terbukti & sudah
disaksikan bersama adalah bersama jajaran Direktur Teknik
Oriali-Branca-Ausilio sejak kurun 1999-2013 pemain bintang, pemain
menengah, pelatih kaliber dunia, benua, bahkan negara sudah pernah
mampir di klub Internazionale. Sayang, sebagian besar dari mereka
datang-pergi silih-berganti, bahkan yang terparah adalah
bongkar-pasangnya pos kepelatihan pasca treble-winner hingga 5 pelatih.
Pos Technical-Area seolah sangat tidak siap dengan dinamisnya era
sepakbola modern.
UEFA Financial Fair Play seolah justifikasi
bahwa klub begitu ‘terpukul’ & terpaksa untuk mengambil keputusan
tidak popular. Sebuah sinisme terhadap pembenaran tadi adalah, FFP sudah
dikampanyekan sejak 2007 dan mulai disebarluaskan sejak September 2009
oleh Club Financial Control Body (CFCB) UEFA. Saya kira
rentan waktu 2007 atau (Okelah) September 2009-2013 adalah waktu yang
lebih dari cukup bagi Inter untuk ‘bersiap-siap’. Jika Technical-Area
boleh beralasan & berbangga, tentu langkah tepat merekrut Roberto
Mancini & Jose Mourinho adalah pengecualian. Tapi imbas langkah
‘Jenius’ ini?? Perekrutan Mancio & Mou tentu tidak berbudget rendah,
pemain-pemain bintang yang datang tentu tak ber-fee rendah, apalagi
membiarkan para talenta akademi yang ‘tumbuh’ ditempat lain.
Situs ECA (European Club Association)
beranggotakan 253 klub eropa, Inter adalah peringkat #9 (tertinggi
diantara klub italia) & penelitian ECA mengisyaratkan Inter adalah
salah satu klub dengan akademi pemain muda terbaik (download ECA academies-reports).
Bagaimana bisa sebuah klub dengan reputasi yang diakui pihak lain,
namun klub yang dimaksud tidak bisa mengandalkan sebagian lulusanya di
tim utama. Bukankah program pembinaan salah satu tugas sektor teknis
sebuah klub?

Casiraghi, Head of Scout Internazionale & former coach Italy U21 (kiri)
Inter memiliki head-scout yang berkualitas lebih dari cukup, ia Pierluigi Casiraghi. Di bawah asuhan Casiraghi sebagai pelatih Italia U21 saat itu, Mario Balotelli, Davide Santon, Marco Andreolli, bahkan Lorenzo Crisetig mencetak rekor pemain termuda yang tampil bersama U21 italia, saat umur belum genap 18 tahun, sungguh sebuah pengakuan. Terbaru saat ini adalah Italia U21 dibawah asuhan Devis Magia, Francesco Bardi (GK), Luca Caldirola (DC), Giulio Donati (DR), Matteo Bianchetti (DC), Cristiano Biraghi (DL), & hanya Samuele Longo (ST) yang tidak menembus tim inti Azzurrini. Tidak lengkap jika tidak menyebutkan pemain muda lain? ah sudahlah.
How come? pos technical Inter tidak memiliki
rencana akan pemain sekaliber di atas, atau memang program pembinaan
yang tersusun & diajukan pada board hanya sampai sejauh itu? Saya
kira tidak mungkin. Stramaccioni pernah berujar bahwa rentang kompetisi
primavera & kompetisi professional liga italia terlalu jauh, dimana
pemain berusia 20-21 saja masih bisa bermain di primavera, bagaimana
mental kompetitif bisa terbentuk ketika dihadapkan kompetisi pro seperti
Serie-A. Logic!, Sayangnya yang berbicara adalah pelatih, bukan seorang
DT.

Oriali & Branca, technical director yang pernah berduet ataupun solo karir
“Orialli-Branca-Ausilio”, nama terakhir
mungkin baru bergabung 2010 di jajaran teknis Inter tapi (telah) lama
bersama tim junior Inter, sedangkan Orialli-Branca? 1999-2010 &
2003-2013, more than enough. Rekomendasi pelatih, budgeting-transfer,
pemilihan pemain, semua ada dipundak kedua nama tadi, our former &
present Technical Director.
Pasca 2009-2010. Benitez, Leonardo,
Gasperini, Ranieri, Stramaccioni ‘disajikan’ jajaran teknis Inter
sebagai kepanjangan tangan untuk melatih tim utama. Amunisi pun tak lupa
diberikan bagi setiap allenatore (walau tidak semua permintaan
terkabul).
Coutinho, Jonathan, Ranocchia, Pazzini, Nagatomo, Biabiany, Kharja, Palombo, Poli, Zarate, Forlan, Juan Jesus, Guarin, Silvestre,
Cassano, Pereira, Palacio, Handanovic. Tersisa dua nama “peninggalan”
era Leonardo, dua nama “peninggalan” era Ranieri, satu nama era
Gasperini, ditambah ‘amunisi’ era Stramaccioni untuk mengarungi musim
12/13. Margin 2 Tahun untuk menambal lewatnya masa emas para skuad
Treble-Maker 2010 dan hanya ditambal Juan Ranocchia Nagatomo yang mampu menembus tim inti,
tentu bukanlah perencanaan teknis klub yang baik. Saya sadar, nama-nama
tadi belum termasuk skuad pemain yang out atas nama ‘perampingan
karyawan’ atau ‘mencairkan dana segar’. Menghela Nafas.
Intisarinya adalah SEMUA PERUBAHAN TERJADI
DALAM WAKTU 2 MUSIM. Bagaimana bisa klub sebesar Inter ‘begitu tidak
terencana’ mengarungi musim kompetisi. Short-term solution, sedemikian
krisiskah keuangan Inter sampai DT mengambil strategi demikian? Memang!.
Inter tidak pernah mencatat kerugian dibawah EURO 100 juta selama dua
musim tersebut, pengeluaran Gaji pemain tidak pernah di bawah EURO 50
juta tiap musimnya. (Sumber: Archivio Ufficiale FC Internazionale S.p.A
Bilancio Al 2012).

Neraca Keuangan Inter 4 Musim Terakhir
“Jika anda memiliki komputer ber-processor
Intel i-7, adalah suatu kejahatan kalau anda hanya memakainya untuk
mengetik…begitupun sebaliknya”
OLEH KARENA ITU, jika dahulu jajaran
Technical-Sporting ‘Cakap’ menghabiskan budget keuangan klub saat ‘kaya’
& berhasil membawa kejayaan. Maka, seharusnya jajaran yang sama
bisa (kembali) ‘Cakap’ memilah sektor kepelatihan juga amunisi pemain
yang cocok untuk klub dalam keadaan miskin & terpuruk seperti
sekarang ini.
“Atau Anda kurang ‘cakap’ jika klub dalam kondisi miskin?”
“Sejatinya, dua keadaan berbeda ini berlangsung atas apa yang telah anda susun dalam sebuah program kerja, sebuah kebetulan (juga) Anda adalah orang yang sama.”, hati kecilku 11 Maret 2013, Inter 3 – 4 Atalanta.
Teori “Telur & Ayam” pun (bisa) terjawab…..
Related Posts :
- Back to Home »
- Data dan Fakta »
- Branca or Stramaccioni : “Mana lebih dulu, telur atau ayam, Pelatih atau Direktur Sepakbola?”